Dulu
sekali, entah kapan terjadinya, kejadian yang membuatku melayang berbunga-bunga
bagaikan Cinderella yang bertemu dengan Sang Pangeran. Saat bel sekolah
memanggilku, aku langsung berkemas dan bergegas pulang. Tepat di parkiran
sekolah saat menyalakan mesin motor, hal aneh menghampiri ku, teman yang setia
menemani di setiap langkahku tak juga menyala, tak ada seorang pun bersamaku,
aku terus mencoba untuk menyalakan mesin motor ku, sekali duakali tak juga
kunjung menyala.
Tiba-tiba
dari arah berlawanan aku melihat sosok laki-laki yang menurutku biasa saja. Dia
memakai jaket, menggendong tas ransel, bermuka cuek dan berjalan loyo,
menyebalkan sekali sosok tersebut, tapi aku tak menyangka saat dia berjalan
mendekatiku dia berkata “motornya kenapa mba ?” Seketika itu, aku hanya diam
dan berfikir ternyata dia memerhatikanku.
“Gak
tahu ini mas, di stater dari tadi gak nyala-nyala”
“Oh
coba saya lihat dulu”
Sambil
mengutak atik motorku, aku terus memandangi raut wajahnya yang begitu serius
membetulkan motorku. Setelah lama di utak-atik akhirnya mesin motorku menyala
juga, mbreemm ! mbreemm !! dengan gagahnya dia menge’gas motorku.
“Ini
mba motornya, ini cuma Businya saja yang kotor, sering-seringlah dibawa ke
bengkel mb”
“Oh
iya mas, terima kasih yah, nanti akan saya bawa motor ini ke bengkel”
(tersenyum)
Tak
ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, hanya senyuman yang dia
lontarkan, sembari berjalan menghampiri motornya sendiri yang ternyata dia pun
mau pulang.
Saat
perjalanan pulang yang ada difikiranku hanya bayangan wajahnya. Dia seperti
Superman yang datang disaat yang tepat. Semenjak itulahaku mulai iseng
mencari-cari identitas dirinya, yah aku ingin mengenal dia, sepertinya ini
cinta pada pandangan pertama.
Satu
minggu berlalu, aku bertemu dengan dia di parkiran sekolah. Aku hanya melihat
dari kejauhan, dia masih seperti dulu, seketika itu Nanda mengagetkanku.
“Dooorrrrr....!!
hayo lagi ngapain kamu ?!” (menepuk pundakku) “kelihatannya ada yang sedang
memerhatikan seseorang nih ?” (meledek)
Kedatangan
Nanda membuyarkan tentang dia di fikiranku, aku hanya diam dan menghela nafas
dalam-dalam “huuuuhh”. Namun fikiranku bertambah buyar dan membuat jantungku
berdetak lebih kencang saat Nanda memanggil seseorang tepat di samping telingaku.
“Zani..!
Zan...!!” (teriak)
Yang
aku lihat, ternyata dia menoleh saat Nanda memanggilnya, rasa kaget dan heran
datang bersamaan, aku berpura-pura untuk tak mau tahu tentang dia dihadapan
Nanda.
“Iyah,
ada apa Nan ?” (menoleh)
“Ada
yang sedang merhatiin kamu nih !” (menyenggol ku)
Wajahku
langsung berubah seperti kepiting rebus saat Nanda mengajakku untuk menghampiri
dia, kesal sekali aku saat itu.
“Ayo
kesana” (menggandengku)
“Gak
lah, lagian ngapain aku kesana, kenal juga gak, udah deh aku mau pulang !”
Sungguh
kesal sekali sikap Nanda itu. Dengan melihat sikapku ternyata dia tak
menghiraukan ucapan Nanda, dia langsung mengambil motor dan bergegas pulang.
Nanda
telah membuatku malu, tapi aku masih penasaran sama laki-laki itu, laki-laki
yang membuatku jatuh dan penasaran dibuatnya. Tanpa berfikir panjang aku
langsung mengambil motorku dan pulang. Sialnya, aku lupa untuk menanyakan
tentang dia ke Nanda, tibanya dirumah aku langsung menghubungi Nanda.
“Tutt...Tutt..Tuutt”
tersambung ke telepon Nanda
“Hallo
assalamualaikum, ada apa Win ?”
“Walaikumsalam
Nan, emmm to the point aja yah, tadi yang kamu panggil di parkiran sekolah itu
teman kamu yah ?” (penasaran)
Nanda
tertawa saat mendengar pertanyaanku, aku semakin kesal karna sikap Nanda yang langsung
meledek ku, yah memang kami bersahabat apapun itu, gimana pun perkataannya,
ledekannya, tidak pernah kita anggap serius.
“Hahaha,
udah ketebak kan, nih aku kasih alamat facebooknya
dia”
Tanpa
aku menanyakan kembali, Nanda tahu apa maksudku. Aku menyudahi telvonku, aku
langsung membuka facebook lewat handpone, tak di sadari, aku sudah
berteman dengan dia, ternyata dia bernama Zani yang selama ini sering menyukai
status-status di akun facebook ku. Setelah
beberapa hari aku berhubungan dengannya lewat media sosial. Dia yang
kelihatannya cuek, so cool, tiba-tiba
dia meminta nomor handpone lewat
pesan, tanpa berfikir panjang aku pun menuliskan nomor ku di via balas pesan.
Malam
itu juga aku dan dia mulai akrab. Setiap jam pasti kami berhubungan lewat pesan
alias SMS. Aku baru tahu kalau dia
satu angkatan denganku. Aku tak menyangka ternyata laki-laki seperti dia mengasyikan,
kelihatannya saja cuek tapi perhatiannya bak Pangeran yang sedang merayu
Cinderella.
Sampai
suatu hari Zani mengajakku untuk berangkat bersama, itu hal yang sama sekali
tak ku duga, akupun mengiyakan. Dalam perjalanan menuju sekolah, dia hanya diam
dan sesekali bertanya.
“Apa
gak ada yang marah kamu berangkat bersamaku ?”
“Gak
ada, siapa juga yang marah” (tersenyum)
“Oh
syukurlah, jadi aku gak khawatir” (senyum Zani)
Betapa
akrabnya saat itu, sampai tak sadar kalau ternyata kami sudah berada di halaman
parkiran sekolah. Tidak disengaja kejadian aneh pun datang, saat aku memasuki
ruang kelas, semua mata tertuju padaku. Teman satu kelasku menyalahkanku. Aku
tak tahu mengapa, aku bertanya-tanya apa yang terjadi.
“Ahh
lupakan dulu, mungkin hanya firasatku saja” (fikirku)
Bel
sekolah kembali memanggilku, menandakan jam sekolah selesai. Tepat dihadapanku,
lagi dan lagi aku dibuat terpanah olehnya, wangi parfumnya menarikku untuk
segera menghampirinya.
“Ayo
Win pulang” (tersenyum)
Aku
juga hanya bisa tersenyum dan menganggukan kepala, kami pun menuju parkiran
untuk segera pulang. Sesampainya di pertigaan dekat sekolah terdengar suara
orang memanggil.
“Zani.....!!
berhenti kamu !!!
Zani
yang kaget langsung meminggirkan laju motornya.
“Ada
apa Ndra ?”
Dengan
gaya Indra yang tengil menghampiri kami, kami turun dari motor.
“Ada
apa, ada apa, brengsek kamu !!” (mendorong Zani)
“Apa
maksudmu Ndra ?” (menuding Indra)
“Dasar
brengsek, kamu rebut dia dariku !!” (menunjukku)
Aku
tak tahu awalnya, kenapa Indra berkata seperti itu, aku berfikir apa ini alasan
teman-teman menyalahkanku ?
Tak
diduga dan tanpa basa-basi Indra langsung memukul wajah Zani, Zani tak tinggal
diam, Zani membalas pukulan Indra. Aku yang merasa ketakutan langsung meminta
pertolongan.
“Tolong....!!
Tolooong ..!!”
Aku
mencoba memisahkan mereka, namun pukulan Indra meleset ke wajahku.
“Paaakkkkkk...!!!”
Pukulan
keras itu membuatku terjatuh tak sadarkan diri.
Saat
aku terbangun, aku melihat Zani yang sedang mendekap tanganku lalu Zani
menceritakan apa yang sudah terjadi. Pada saat itu juga aku ingat sekali,
tepatnya jam 16.45 WIB. Zani mengatakan sesuatu padaku.
“Win,....??”
(menatapku)
“Iya
Zan” (kembali menatap)
“Aku
sayang kamu, aku serius, aku benar-benar sayang kamu, kamu mau gak jadi pacarku
?” (menatap & memegang erat tanganku)
Disitulah
aku merasa aku sedang bermimpi, memimpikan dia menjadi pacarku dan sekarang
diruang inilah saksi bisunya. Dia menyatakannya, sama sekali tak ada firasat
hal ini bisa terjadi, dengan hati berbunga-bunga aku pun menganggukan kepalaku.
“Aku
juga mempunyai perasaan yang sama sepertimu” (tersenyum)
Tiba-tiba
dari arah pintu, terlihat bayangan seseorang yang sedang mengintip kami
diruangan, dia menjatuhkan serangkai bunga di depan pintu, entah siapa dia aku
tak menghiraukannya, mungkin dia yang ingin melihat keadaan ku karna
pukulannya.
Pandanganku
kembali fokus ke saat-saat indah ku bersama Zani, aku merasa dunia milik ku dan
dia seutuhnya. Kejadian tadi yang sampai membuatku terbaring disini membuat
hidupku lebih indah. Dibawanya aku keluar menaiki kursi beroda dua, mengiringi
jalan berliku penuh bunga , burung-burung menyambut kedatanganku, anginpun
berhembus menggoyangkan bunga seakan setuju aku bahagia bersamanya.
Karya:
Serli Rizki Trimulyati
PBSID 6D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar