Rabu, 08 Juni 2016

cerpen MOTOR MOGOK MEMBAWA CINTA



 Dulu sekali, entah kapan terjadinya, kejadian yang membuatku melayang berbunga-bunga bagaikan Cinderella yang bertemu dengan Sang Pangeran. Saat bel sekolah memanggilku, aku langsung berkemas dan bergegas pulang. Tepat di parkiran sekolah saat menyalakan mesin motor, hal aneh menghampiri ku, teman yang setia menemani di setiap langkahku tak juga menyala, tak ada seorang pun bersamaku, aku terus mencoba untuk menyalakan mesin motor ku, sekali duakali tak juga kunjung menyala.
Tiba-tiba dari arah berlawanan aku melihat sosok laki-laki yang menurutku biasa saja. Dia memakai jaket, menggendong tas ransel, bermuka cuek dan berjalan loyo, menyebalkan sekali sosok tersebut, tapi aku tak menyangka saat dia berjalan mendekatiku dia berkata “motornya kenapa mba ?” Seketika itu, aku hanya diam dan berfikir ternyata dia memerhatikanku.
“Gak tahu ini mas, di stater dari tadi gak nyala-nyala”
“Oh coba saya lihat dulu”
Sambil mengutak atik motorku, aku terus memandangi raut wajahnya yang begitu serius membetulkan motorku. Setelah lama di utak-atik akhirnya mesin motorku menyala juga, mbreemm ! mbreemm !! dengan gagahnya dia menge’gas motorku.
“Ini mba motornya, ini cuma Businya saja yang kotor, sering-seringlah dibawa ke bengkel mb”
“Oh iya mas, terima kasih yah, nanti akan saya bawa motor ini ke bengkel” (tersenyum)
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, hanya senyuman yang dia lontarkan, sembari berjalan menghampiri motornya sendiri yang ternyata dia pun mau pulang.
Saat perjalanan pulang yang ada difikiranku hanya bayangan wajahnya. Dia seperti Superman yang datang disaat yang tepat. Semenjak itulahaku mulai iseng mencari-cari identitas dirinya, yah aku ingin mengenal dia, sepertinya ini cinta pada pandangan pertama.
Satu minggu berlalu, aku bertemu dengan dia di parkiran sekolah. Aku hanya melihat dari kejauhan, dia masih seperti dulu, seketika itu Nanda mengagetkanku.
“Dooorrrrr....!! hayo lagi ngapain kamu ?!” (menepuk pundakku) “kelihatannya ada yang sedang memerhatikan seseorang nih ?” (meledek)
Kedatangan Nanda membuyarkan tentang dia di fikiranku, aku hanya diam dan menghela nafas dalam-dalam “huuuuhh”. Namun fikiranku bertambah buyar dan membuat jantungku berdetak lebih kencang saat Nanda memanggil seseorang tepat di samping telingaku.
“Zani..! Zan...!!” (teriak)
Yang aku lihat, ternyata dia menoleh saat Nanda memanggilnya, rasa kaget dan heran datang bersamaan, aku berpura-pura untuk tak mau tahu tentang dia dihadapan Nanda.
“Iyah, ada apa Nan ?” (menoleh)
“Ada yang sedang merhatiin kamu nih !” (menyenggol ku)
Wajahku langsung berubah seperti kepiting rebus saat Nanda mengajakku untuk menghampiri dia, kesal sekali aku saat itu.
“Ayo kesana” (menggandengku)
“Gak lah, lagian ngapain aku kesana, kenal juga gak, udah deh aku mau pulang !”
Sungguh kesal sekali sikap Nanda itu. Dengan melihat sikapku ternyata dia tak menghiraukan ucapan Nanda, dia langsung mengambil motor dan bergegas pulang.
Nanda telah membuatku malu, tapi aku masih penasaran sama laki-laki itu, laki-laki yang membuatku jatuh dan penasaran dibuatnya. Tanpa berfikir panjang aku langsung mengambil motorku dan pulang. Sialnya, aku lupa untuk menanyakan tentang dia ke Nanda, tibanya dirumah aku langsung menghubungi Nanda.
“Tutt...Tutt..Tuutt” tersambung ke telepon Nanda
“Hallo assalamualaikum, ada apa Win ?”
“Walaikumsalam Nan, emmm to the point aja yah, tadi yang kamu panggil di parkiran sekolah itu teman kamu yah ?” (penasaran)
Nanda tertawa saat mendengar pertanyaanku, aku semakin kesal karna sikap Nanda yang langsung meledek ku, yah memang kami bersahabat apapun itu, gimana pun perkataannya, ledekannya, tidak pernah kita anggap serius.
“Hahaha, udah ketebak kan, nih aku kasih alamat facebooknya dia”
Tanpa aku menanyakan kembali, Nanda tahu apa maksudku. Aku menyudahi telvonku, aku langsung membuka facebook lewat handpone, tak di sadari, aku sudah berteman dengan dia, ternyata dia bernama Zani yang selama ini sering menyukai status-status di akun facebook ku. Setelah beberapa hari aku berhubungan dengannya lewat media sosial. Dia yang kelihatannya cuek, so cool, tiba-tiba dia meminta nomor handpone lewat pesan, tanpa berfikir panjang aku pun menuliskan nomor ku di via balas pesan.
Malam itu juga aku dan dia mulai akrab. Setiap jam pasti kami berhubungan lewat pesan alias SMS. Aku baru tahu kalau dia satu angkatan denganku. Aku tak menyangka ternyata laki-laki seperti dia mengasyikan, kelihatannya saja cuek tapi perhatiannya bak Pangeran yang sedang merayu Cinderella.
Sampai suatu hari Zani mengajakku untuk berangkat bersama, itu hal yang sama sekali tak ku duga, akupun mengiyakan. Dalam perjalanan menuju sekolah, dia hanya diam dan sesekali bertanya.
“Apa gak ada yang marah kamu berangkat bersamaku ?”
“Gak ada, siapa juga yang marah” (tersenyum)
“Oh syukurlah, jadi aku gak khawatir” (senyum Zani)
Betapa akrabnya saat itu, sampai tak sadar kalau ternyata kami sudah berada di halaman parkiran sekolah. Tidak disengaja kejadian aneh pun datang, saat aku memasuki ruang kelas, semua mata tertuju padaku. Teman satu kelasku menyalahkanku. Aku tak tahu mengapa, aku bertanya-tanya apa yang terjadi.
“Ahh lupakan dulu, mungkin hanya firasatku saja” (fikirku)
Bel sekolah kembali memanggilku, menandakan jam sekolah selesai. Tepat dihadapanku, lagi dan lagi aku dibuat terpanah olehnya, wangi parfumnya menarikku untuk segera menghampirinya.
“Ayo Win pulang” (tersenyum)
Aku juga hanya bisa tersenyum dan menganggukan kepala, kami pun menuju parkiran untuk segera pulang. Sesampainya di pertigaan dekat sekolah terdengar suara orang memanggil.
“Zani.....!! berhenti kamu !!!
Zani yang kaget langsung meminggirkan laju motornya.
“Ada apa Ndra ?”
Dengan gaya Indra yang tengil menghampiri kami, kami turun dari motor.
“Ada apa, ada apa, brengsek kamu !!” (mendorong Zani)
“Apa maksudmu Ndra ?” (menuding Indra)
“Dasar brengsek, kamu rebut dia dariku !!” (menunjukku)
Aku tak tahu awalnya, kenapa Indra berkata seperti itu, aku berfikir apa ini alasan teman-teman menyalahkanku ?
Tak diduga dan tanpa basa-basi Indra langsung memukul wajah Zani, Zani tak tinggal diam, Zani membalas pukulan Indra. Aku yang merasa ketakutan langsung meminta pertolongan.
“Tolong....!! Tolooong ..!!”
Aku mencoba memisahkan mereka, namun pukulan Indra meleset ke wajahku.
“Paaakkkkkk...!!!”
Pukulan keras itu membuatku terjatuh tak sadarkan diri.
Saat aku terbangun, aku melihat Zani yang sedang mendekap tanganku lalu Zani menceritakan apa yang sudah terjadi. Pada saat itu juga aku ingat sekali, tepatnya jam 16.45 WIB. Zani mengatakan sesuatu padaku.
“Win,....??” (menatapku)
“Iya Zan” (kembali menatap)
“Aku sayang kamu, aku serius, aku benar-benar sayang kamu, kamu mau gak jadi pacarku ?” (menatap & memegang erat tanganku)
Disitulah aku merasa aku sedang bermimpi, memimpikan dia menjadi pacarku dan sekarang diruang inilah saksi bisunya. Dia menyatakannya, sama sekali tak ada firasat hal ini bisa terjadi, dengan hati berbunga-bunga aku pun menganggukan kepalaku.
“Aku juga mempunyai perasaan yang sama sepertimu” (tersenyum)
Tiba-tiba dari arah pintu, terlihat bayangan seseorang yang sedang mengintip kami diruangan, dia menjatuhkan serangkai bunga di depan pintu, entah siapa dia aku tak menghiraukannya, mungkin dia yang ingin melihat keadaan ku karna pukulannya.
Pandanganku kembali fokus ke saat-saat indah ku bersama Zani, aku merasa dunia milik ku dan dia seutuhnya. Kejadian tadi yang sampai membuatku terbaring disini membuat hidupku lebih indah. Dibawanya aku keluar menaiki kursi beroda dua, mengiringi jalan berliku penuh bunga , burung-burung menyambut kedatanganku, anginpun berhembus menggoyangkan bunga seakan setuju aku bahagia bersamanya.

Karya: Serli Rizki Trimulyati
                                                                                              PBSID 6D

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar